The Ghost Community

0 Alasan Sinetron Tidak Mendidik

Sinetron adalah singkatan dari sinema elektronik adalah salah satu acara tv yang disukai masyarakat secara umum. Hampir setiap tv nasional di Indonesia menayangkan berbagai judul sinetron andalannya. Namun pada umumnya sinetron di negara kita ini sebagian besar hanya menonjolkan pada sisi cerita dan rating saja tanpa memperdulikan efek yang ditimbulkan oleh sinetron-sinetron itu.

Di bawah ini adalah beberapa ciri sinetron khas Indonesia yang kurang mendidik :
- Bercerita tentang seseorang yang penuh penderitaan lahir batin (lemah daya) dan bodoh karena mudah diperdaya berkali-kali.
- Ada tokoh antagonis yang sadis dengan akting yang berlebihan dan tidak wajar selayaknya penjahat normal.
- Biasanya bahagia di akhir cerita alias happy ending.
- Semakin tokohnya menderita penuh tangisan semakin bagus.
- Kadang kalau cerita habis, dibuat cerita tambahan yang terkadang terlihat maksa.
- Tokoh utamanya dipilih yang ganteng & cantik saja.
- Tidak sesuai dengan perilaku dan gaya hidup di daerah mana pun di Indonesia.
- Memperlihatkan dan mengumbar kemewahan duniawi.
- Kurang isi pesan / makna positif di balik cerita.
- Cerita dibuat berseri dengan akhir yang ngambang supaya yang nonton jadi gemes dan penasaran.
- Cerita selanjutnya bersambung minggu depan terasa sangat lama sekali sehingga yang ketagihan nonton sering teringat terus.

Disadari atau tidak, sinetron telah menjadi guru/dosen tetap yang aktif mengajarkan banyak hal kepada masyarakat, namun apakah masyaratkat tahu bahaya laten yang ditimbulkan dari Mata Kuliah yang disampaikan Dosen sineton Kita ini?
Inilah Mata Kuliah yang diajarkan Pak Guru/ Dosen Sinetron.

Hari Senin Pelajaran "Kebencian" dan "Iri Hati..."

Hari Selasa Pelajaran "Halalkan Segala Cara Untuk Mencapai Tujuan"

Hari Rabu Pelajaran "Pembunuhan" dan "Balas Dendam"

Hari Kamis Pelajaran "Kedengkian" dan "Kemarahan"

Hari Jum'at Pelajaran "Menghasut Orang Lain"

Hari Sabtu Pelajaran "Berprasangka Buruk (Su'ud dzon)"

Hari Minggu Pelajaran "Malas" dan "Pendidikan Moral Kejahatran"

0 komentar:

Posting Komentar