The Ghost Community

0 The Meaning Of a Dream



ARTI SEBUAH MIMPI

Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep).


Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. Pengecualiannya adalah dalam mimpi yang disebut LUCID DREAMING. Dalam mimpi demikian, pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan kadang-kadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut.

Pemimpi juga dapat merasakan emosi ketika bermimpi, misalnya emosi takut dalam mimpi buruk. Ilmu yang mempelajari mimpi disebut oneirologi.

ARTI SEBUAH MIMPI TIDUR MENURUT PANDANGAN ISLAM
Dalam sebuah hadits sahih riwayat Bukhari Muslim (muttafaq alaih) Nabi bersabda:

الرؤيا الصالحة من الله، والرؤيا السوء من الشيطان، فمن رأى رؤيا فكره منها شيئاً فلينفث عن يساره ثلاثاً، وليتعوذ بالله من الشيطان لا تضره، ولا يخبر بها أحداً، فإن رأى رؤيا حسنة فليبشر بها ولا يخبر إلا من يحب

Artinya: Mimpi yang baik itu dari Allah sedang mimpi buruk itu dari setan. Barangsiapa bermimpi buruk, kemudian meludah ke kiri (tanpa keluar air ludah) tiga kali dan mengucapkan ta'awwudz (yaitu, ucapan audzubillahi minasyaitanirrojim), maka syaitan tidak akan mengganggunya dan hendaknya tidak memberitahu siapapun. Dan barangsiapa yang bermimpi baik, maka bergembiralah dan jangan meberitahu kecuali pada orang yang kamu senangi.

Dari hadits di atas, ada dua hal yang bisa kita ambil pelajaran. Pertama, bahwa mimpi baik atau buruk itu dapat memengaruhi perasaan kita setelah bangun. Oleh karena itu, dianjurkan membaca doa sebelum tidur agar terhindar dari mimpi buruk yang hanya akan membuat kita merasa tidak bahagia.


Dalam hadits lain Nabi bersabda:
Artinya, mimpi itu ada tiga: dari Allah, dari syaitan dan dari diri sendiri.

Umumnya mimpi memiliki kemungkinan berasal dari syaitan atau dari diri sendiri. Karena, hanya satu yang pasti benarnya yaitu apabila bermimpi bertemu Rasulullah, karena wajah Rasulullah tidak dapat ditiru.

Namun demikian, mimpi bertemu Rasulullah tidak menjamin itu betul-betul Nabi. Walaupun syaitan tidak dapat meniru wajah Nabi, tetapi syaitan dapat saja mengaku-ngaku sebagai Nabi. Toh, tidak ada seorangpun dari kita yang mengetahui wajah Nabi Muhammad itu seperti apa. Oleh karena itu, yang paling aman adalah tidak usah menanggapi mimpi. Mimpi apapun itu lebih besar kemungkinan berasal dari setan atau sekedar ilusi pribadi.

Kedua, bahwa mimpi itu tidak berhubungan dengan masa depan kita. Mimpi tidak dapat dijadikan pertanda yang memengaruhi masa depan. Begitu juga, mimpi tidak dapat dijadikan dalil syariah atau duniawi untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. Karena Islam sudah meletakkan dasar aturan yang jelas dalam Quran dan Hadits tentang kewajiban dan larangan dan itu bersifat final.

Oleh karena itu, lupakan mimpi anda. Dan teruslah melangkah menyongsong masa depan dengan kerja keras, visi yang jelas dan ketaatan total pada Allah dan Rasul-Nya.

ARTI SEBUAH MIMPI TIDUR MENURUT PANDANGAN HINDU

Mimpi pada hakekatnya adalah ‘pengalaman’ dan ‘ramalan’ sebagai suatu sinyal yang disampaikan oleh Kanda-Pat kepada Atma (Roh) ketika kita tidur.

Sebagaimana diuraikan dalam Lontar Tutur Panus Karma, maka ketika kita tidur, Kanda-Pat (ari-ari – getih – lamas – yehnyom) yang dahulu menemani kita di dalam kandungan Ibu dan setelah lahir menemani kita terus di alam skala (walau tak berwujud), keluar dari tubuh kita, dan kadang-kadang mereka mendapat sinyal-sinyal tertentu dari alam ‘swah-loka’ untuk disampaikan kepada atman


ARTI SEBUAH MIMPI TIDUR MENURUT PANDANGAN BUDHA
Satu dari masalah terbesar umat manusia yang belum terbongkar ialah misteri mimpi. Sejak dulu kala, manusia telah mencoba menganalisa dan mencoba pula untuk menerangkan mimpi di dalam istilah yang berhubungan dengan ramalan dan psikologi, namun walaupun saat ini telah banyak ukuran keberhasilannya, kita mungkin masih belum dapat secara tepat menjawab pertanyaan: ‘Apakah mimpi itu?’.
Seorang penyair Inggris, William Wordsworth memiliki sebuah konsep yang mengejutkan: bahwa kehidupan yang kita jalani ini semata-mata sebuah mimpi dan kita akan ‘sadar’ kepada kenyataan yang ‘nyata’ apabila kita mati, jika ‘mimpi’ kita berakhir…. Satu konsep yang mirip digambarkan dalam satu ceritera Buddhis kuno yang sangat menarik yang menceriterakan satu dewa yang sedang bermain-main bersama beberapa dewa lainnya. Dewa tersebut merasa lelah, kemudian berbaring tidur sebentar dan menghilang (meninggal). Ia terlahir di bumi sebagai seorang wanita. Ia menikah, mempunyai beberapa orang anak, dan hidup sampai usia tua. Setelah ia meninggal di bumi ini, ia kembali terlahir sebagai dewa di dalam kelompok para dewa yang baru saja selesai bermain-main tadi.
Apa yang dapat Buddha Dhamma katakan tentang mimpi? Buddha Dhamma membagi keterbukaan kepada mereka yang menganggap dirinya mahir dalam menafsirkan mimpi. Orang-orang tersebut memperoleh banyak uang memanfaatkan kebodohan pria dan wanita yang percaya bahwa setiap mimpi mempunyai arti ramalan atau arti spiritual.
Menurut psikologi Buddha Dhamma, mimpi merupakan proses pikiran yang terjadi sebagai aktivitas pikiran. Peristiwa mimpi erat hubungannya dengan peristiwa tidur, dan peristiwa tidur ini dapat dianggap terdiri dari lima tahap:
Tahap mengantuk
Tahap tidur ringan (tidur ayam)
Tahap tidur lelap (pulas)
Tahap tidur ringan (tidur ayam)
Tahap bangun tidur.
Arti dan penyebab mimpi merupakan bahan diskusi yang menarik di dalam buku
terkenal ‘Milinda Panha’ atau ‘Pertanyaan-pertanyaan Raja Milinda’. Bhikkhu Nagasena menjelaskan bahwa penyebab mimpi ada enam macam, tiga di antara yang pertama ialah angin, air empedu dan lendir/dahak. Yang keempat adalah campur tangan kekuatan gaib; yang kelima ialah bangkitnya pengalaman-pengalaman lampau, dan yang keenam adalah pengaruh peristiwa-peristiwa yang akan terjadi (akan datang). Dijelaskan pula bahwa mimpi hanya terjadi pada tahap ‘tidur ringan’, yang disebut sebagai ‘mirip tidurnya kera’. Di antara keenam penyebab yang diterangkan oleh Bhikkhu Nagasena, dengan nyata dijelaskan bahwa jenis mimpi yang terakhir merupakan mimpi yang mengandung ramalan dan paling penting, sedangkan yang lainnya relatif tidak berarti.
Mimpi adalah gejala yang diciptakan oleh pikiran dan mimpi merupakan kegiatan-kegiatan pikiran. Semua manusia bermimpi, walaupun beberapa di antaranya tidak ingat. Buddha Dhamma mengajarkan bahwa mimpi mempunyai arti psikologi. Enam sebab yang disebutkan di atas dapat di golongkan ke dalam empat cara sebagai berikut :
I.        Jenis Pertama.
Setiap satu pemikiran yang muncul ikut terkesan di dalam pikiran bawah sadar dan beberapa di antaranya dengan kuat mempengaruhi pikiran, tergantung keinginan kita. Ketika kita sedang tidur, beberapa pemikiran ini terangsang dan muncul sebagai ‘gambar-gambar’ yang bergerak di hadapan kita. Hal ini terjadi karena selama tidur: kelima indria yang merupakan penghubung kontak kita dengan dunia luar, tertahan sementara. Lalu kesan bawah sadar bebas untuk menjadi dominant dan mengulangi pemikiran-pemikiran yang tertimbun. Mungkin jenis mimpi ini bermanfaat bagi para ahli penyakit jiwa, namun tak dapat digolongkan ke dalam mimpi yang mengandung ramalan. Mimpi-mimpi ini semata-mata cerminan pikiran pada saat kita sedang beristirahat.
II. Jenis Kedua.
Mimpi jenis ini disebabkan oleh gangguan luar (eksternal) dan gangguan dalam (internal) yang menimbulkan sebuah ‘rangkaian pemikiran yang dapat dilihat’, yang ‘dilihat’ oleh pikiran ketika kita sedang istirahat. Faktor-faktor internal adalah faktor yang menganggu tubuh (misalnya sebuah makanan berat yang menyebabkan seseorang tidak dapat tidur enak atau tak seimbang dan gesekan antara unsur-unsur pembentuk tubuh). Gangguan eksternal adalah terganggunya pikiran (walaupun orang yang tidur mungkin tidak menyadarinya) oleh gejala-gejala alamiah seperti cuaca, angin, rasa dingin, hujan, gemerisik dedaunan, bunyi berderaknya jendela. Pikiran bawah sadar bereaksi terhadap gangguan tersebut dan menciptakan gambar-gambar untuk ‘menghilangkan’ gangguan tersebut. Pikiran tampaknya menyesuaikan diri terhadap gangguan tersebut melalui suatu cara tertentu sehingga orang yang bermimpi (pemimpi) dapat meneruskan tidurnya dengan enak (tak terganggu). Juga… mimpi-mimpi jenis ini tidak penting dan tak perlu ditafsirkan.
III. Jenis Ketiga.
Mimpi yang penting adalah mimpi yang mengandung ramalan. Mimpi ini jarang di alami, dan terjadi apabila terdapat peristiwa mendatang yang sangat berkaitan dengan orang yang bermmpi. Buddha Dhamma mengajarkan bahwa di samping dunia nyata yang dapat kita alami , juga terdapat para dewa yang berdiam di alam lain, atau juga para hantu yang terikat pada bumi ini, kita tidak dapat melihatnya. Mereka mungkin saja kerabat atau sahabat-sahabat kita yang telah meninggal dunia dan telah dilahirkan kembali sebagai makhluk-makhluk tersebut. Mereka memelihara hubungan batinnya yang lampau dan melekat kepada kita. Apabila umat Buddha melimpahkan jasa kepada para dewa atau orang-orang yang telah meninggal dunia, ia ingat dan mengundang makhluk-makhluk tersebut untuk turut merasa gembira di dalam kebaikan atau jasa tersebut. Jadi ia menumbuhkan satu hubungan batin kepada mereka yang telah meninggal dunia. Sebagai akibatnya para dewa merasa gembira dan mereka tetap memperhatikan kita , mereka menunjukkan sesuatu melalui mimpi andaikata kita menghadapi suatu masalah besar dan mereka mencoba melindungi kita dari bahaya. Dengan demikian, apabila terdapat sesuatu yang penting yang akan terjadi dalam kehidupan kita, mereka menggerakkan energi batin tertentu ke dalam pikiran-pikiran kita, yang terlihat sebagai mimpi. Mimpi-mimpi ini dapat memperingatkan kita dari bahaya yang akan terjadi atau bahkan agar kita bersiap-siap menghadapi kabar baik yang sangat besar. Pesan ini diberikan dalam bentuk simbol (kebanyakan seperti film negatif) dan harus ditafsirkan dengan menggunakan kecerdasan (intelegensia). Sungguh patut disayangkan, bahwa kebanyakan orang salah anggapan terhadap dua jenis mimpi pertama dengan jenis mimpi ketiga ini, dan akhirnya memboroskan waktu dan uang, berkonsultasi kepada para penafsir mimpi dan para dukun palsu. Sang Buddha menyadari bahwa hal ini dapat dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi, oleh karena itu Beliau memperingatkan para Bhikkhu agar nama Buddha Dhamma jangan dipergunakan untuk melakukan praktek-praktek menujum, meramal dan menafsirkan mimpi-mimpi.
IV. Jenis Keempat.
Pikiran kita merupakan gudang dari semua energi perbuatan (kamma) yang tertumpuk semenjak masa lampau. Kadang-kadang apabila sebuah perbuatan akan masak, pikiran yang sedang istirahat selama tidur, dapat menciptakan ‘gambar’ apa yang akan terjadi. Yang lain lagi, perbuatan-perbuatan yang akan datang menjadi sangat penting dan akan terkesan dengan kuat, lalu pikiran ‘melepaskan’ tenaga ekstra dalam bentuk sebuah mimpi yang hidup. Cuma, mimpi ini munculnya jarang dan hanya pada orang tertentu yang batinnya terlatih. Simbol-simbol dari hasil kamma-kamma tertentu juga muncul dalam pikiran-pikiran kita pada saat-saat terakhir ketika kita akan meninggalkan dunia ini.
Mimpi dapat muncul apabila dua orang manusia mengirimkan pesan atau kabar satu sama lain melalui telepati batin yang kuat. Apabila seseorang mempunyai hasrat yang kuat untuk berkomunikasi dengan orang lain, ia berkonsentrasi dengan kuat kepada pesan dan kepada orang yang diharapkan untuk dihubungi. Pikiran yang sedang istirahat merupakan kondisi ideal untuk menerima pesan-pesan tersebut, yang dapat dilihat sebagai mimpi. Biasanya mimpi ini hanya muncul dengan kuat dalam satu saat dan pikiran manusia tidak cukup kuat untuk menahan kabar demikian di atas periode waktu yang panjang.

Semua yang terikat kepada keduniawian adalah orang-orang yang bermimpi, dan mereka melihat sesuatu yang tidak kekal sebagai sesuatu yang kekal. Mereka tidak melihat bahwa yang muda akan berakhir dalam usia tua, kecantikan akan menjadi kejelekan, kesehatan dapat berubah menjadi kesakitan, kehidupan itu sendiri akan berkahir dalam kematian. Di dalam dunia mimpi ini sesungguhnya tiada inti yang kekal. Bermimpi selama tidur merupakan dimensi lain dari dunia mimpi. Hanya para Buddha dan Arahatlah yang sadar, karena mereka telah melihat kesunyataan.

Para Buddha dan Arahat tidak pernah bermimpi. Tiga jenis mimpi pertama tidak akan pernah muncul di dalam pikiran mereka, karena pikiran mereka telah tenang dan tak dapat dirangsang untuk bermimpi. Jenis mimpi keempat tak akan terjadi pada mereka karena mereka telah mneghancurkan tenaga keserakahan dengan sempurna, dan tak ada lagi tenaga kebencian yang tersisa, juga tak ada lagi hasrat yang tak terpuasi yang dapat merangsang pikiran untuk bermimpi. Buddha dikenal juga sebagai ‘Orang Yang Sadar’ karena cara Beliau ‘mengendurkan’ badan fisiknya tidaklah sama dengan cara kita tidur yang menghasilkan mimpi.

ARTI SEBUAH MIMPI TIDUR MENURUT PANDANGAN KRISTIANI
Mimpi seseorang dan makna dari mimpi-mimpi tsb adalah urusan antara orang itu dengan Tuhan semata-mata. Apakah Allah masih berbicara melalui mimpi? Allah telah berbicara kepada banyak orang dalam Alkitab melalui mimpi. Contoh-contohnya antara lain adalah Yusuf, anak Yakub (Kejadian 37:5-10), Yusuf, suami Maria (Matius 2:12-22), Salomo (1 Raja-Raja 3:5-15), beberapa lainnya (Daniel 2:1; 7:1; Matius 27:19). Adapula nubuat dari Nabi Yoel (Yoel 2:28) yang dikutip oleh Rasul Paulus dalam Kisah 2:17 yang mencantumkan bahwa Allah menggunakan mimpi-mimpi. Jadi jawaban yang sederhana adalah ya, Allah dapat dan memang berbicara melalui mimpi.
Namun demikian, ada perbedaan dalam bagaimana kita menerapkan kebenaran ini pada zaman sekarang. Satu hal yang kita harus ingat adalah bahwa Alkitab telah sempurna, telah mencakupi segala yang perlu kita tahu dari sekarang sampai kekekalan. Hal ini bukan berarti Allah tidak melakukan mujizat atau berbicara melalui mimpi pada zaman sekarang. Perbedaannya adalah Allah telah mengungkapkan jalan yang Dia tentukan untuk berurusan dengan manusia dari sekarang sampai kepada kekekalan – dalam Alkitab. Apapun yang Allah katakan, baik mimpi, penglihatan, “suara yang lemah lembut”, dll harus sama sekali sesuai dengan apa yang telah diungkapkanNya di dalam Alkitab. Mimpi tidak boleh ditempatkan pada posisi yang lebih berotoritas dibanding dengan Alkitab. Sekali lagi, JIKA Allah berbicara kepada seseorang dalam mimpi, beritaNya akan sesuai secara sempurna dengan Alkitab. Karena kepercayaan kami pada inspirasi, otoritas dan kesempurnaan Alkitab, kami rasa sangat tidak mungkin bahwa Allah berbicara melalui mimpi secara terus menerus pada zaman sekarang ini. Pada saat yang sama, berdasarkan Alkitab, kami tidak dapat sama sekali menyingkirkan kemungkinan itu.
Jikalau Anda bermimpi dan merasa bahwa mungkin Allah memberinya kepada Anda, teliti Alkitab dengan sikap doa dan pastikan bahwa mimpi Anda adalah sesuai dengan Alkitab. Jika demikian, dengan berdoa pertimbangkan apa yang Allah ingin Anda lakukan sebagai respon terhadap mimpi Anda (Yakobus 1:5). Dalam Alkitab, ketika seseorang mendapatkan mimpi dari Allah, Allah selalu membuat makna dari mimpi itu jelas, baik secara langsung kepada orang itu, melalui malaikat, atau melalui seorang utusan (Kejadian 40:5-11; Daniel 2:45; 4:19).Ketika Allah berbicara kepada kita, Dia akan memastikan bahwa beritaNya dimengerti dengan jelas.



##Next Arti Mimpi Menurut Horoscope  

0 komentar:

Posting Komentar